Berbagi apa yang saya ketahui

12 April 2013

Sejarah Asal-muasal becak and perkembangannya

Becak merupakan alat untuk mengangkut orang dan/atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak direncanakan untuk mengangkut 2 orang penumpang, tetapi terkadang digunakan untuk mengangkut sampai 4 orang. Becak kemudian dipermodernisasi yang diperlengkapi dengan motor penggerak, menjadi becak bermotor.

Awal perkembangan becak


Becak Jepang.1897

Becak yang didorong di Jepang
Ternyata asal-usul becak dari Jepang. Munculnya kendaraan yang ditarik dengan tenaga manusia itu, untuk pertama kalinya hanya kebetulan saja. Tahun 1869, seorang pria Amerika yang menjabat pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang, berjalan-jalan menikmati pemandangan Kota Yokohama. Suatu saat ia berpikir, bagaimana cara istrinya yang kakinya cacat bisa ikut berjalan-jalan?. Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu, pikirnya, tidak usah ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas. Rancangan tersebut ia kirimkan kepada sahabatnya, Frank Pollay. Pollay membuatnya sesuai rancangan Goble lalu membawanya ke seorang pandai besi bernama Obadiah Wheeler. Jadilah becak.
Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia itu, menamakannya "Jinrikisha" (人力車, 人 jin = orang, 力 riki = tenaga, 車 sha = kendaraan), yang berarti "kendaraan tenaga manusia" . Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap minggu. Lama-lama, jinrikisha menarik perhatian masyarakat Jepang, khususnya para bangsawan. Pada tahun 1950-an becak yang ditarik manusia ini menghilang dari bumi Jepang.

Perkembangan becak ke Tiongkok

Pada tahun 1800-an, jinrikisha akhirnya sampai ke telinga masyarakat di Tiongkok. Hingga dalam waktu singkat, jinrikisha dikenal sebagai kendaraan pribadi kaum bangsawan dan kendaraan umum. Kendaraan ini (dalam bahasa Inggris) diberi nama rickshaw. Sementara penghelanya disebut hiki. Tapi, lama-lama para pemerhati kemanusiaan di Tiongkok iba melihat para hiki yang kerja bagaikan kuda itu. Jadi mulai 1870, rickshaw dilarang beroperasi di seluruh jalan-jalan di negeri Tiongkok. Sementara jinrikisha di Jepang sebelumnya sudah lama dilarang.

Perkembangan lebih lanjut

Pada tahun 1930-an berkembang di India, Pakistan dan awal 1940-an becak mulai dikenal di Singapura, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Berbeda dengan jinrikisha dan rickshaw yang beroda dua dengan ban mati, becak yang dikembangkan di Asia Tenggara sudah lebih modern. Rodanya tiga dan menggunakan ban angin, mengemudikannya dikayuh dengan kedua kaki. Becak tersebut berkembang dengan cepat karena dirasakan manfaatnya besar bagi orang kaya setelah itu.
Sama seperti Awal mula becak, tak jelas juga kapan becak dikenal di Indonesia. Lea Jellanik dalam Seperti Roda Berputar, menulis becak didatangkan ke Batavia dari Singapura dan Hongkong pada 1930-an. Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943 menyebut becak diperkenalkan dari Makassar ke Batavia Akhir 1930-an. Ini diperkuat dengan catatan perjalanan seorang wartawan Jepang ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Makassar. Dalam catatan berjudul “Pen to Kamera” terbitan 1937 itu disebutkan, becak ditemukan orang Jepang yang tinggal di Makassar, bernama Seiko-san yang memiliki toko sepeda. Karena penjualan seret, pemiliknya memutar otak agar tumpukan sepeda yang tak terjual bisa dikurangi. Dia membuat kendaraan roda tiga, dan terciptalah becak.

Perkembangan di Jawa


Becak yang beroperasi didepan Kedutaan Inggris di Jakarta, 1986
Becak (dari bahasa Hokkien: be chia “kereta kuda”) adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian Asia. Kapasitas normal becak adalah dua orang penumpang dan seorang pengemudi. Masuk ke Indonesia pertama kali pada awal abad ke-20 untuk keperluan pedagang Tionghoa mengangkut barang. Di tahun 1937, demikian tertulis dalam Star Weekly, becak dikenal dengan nama "roda tiga" dan kata betjak/betja/beetja baru digunakan pada 1940 ketika becak mulai digunakan sebagai kendaraan umum.
Awalnya pemerintah kolonial Belanda merasa senang dengan transportasi baru ini. Namun belakangan pemerintah melarang keberadaan becak karena jumlahnya terus bertambah, membahayakan keselamatan penumpang, dan menimbulkan kemacetan.
Jumlah becak justru meningkat pesat ketika Jepang datang ke Indonesia pada 1942. Kontrol Jepang yang sangat ketat terhadap penggunaan bensin serta larangan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi menjadikan becak sebagai satu-satunya alternatif terbaik moda transportasi di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan penguasa membentuk dan memobilisasi kelompok-kelompok, termasuk tukang becak, demi kepentingan perang melalui pusat pelatihan pemuda, yang mengajarkan konsep politik dan teknik organisasi.
Becak dilarang untuk beroperasi di Jakarta karena alasan tidak manusiawi atas dasar Perda 11 Tahun 1988, yang di dalamnya tercantum bahwa kendaraan resmi hanya kereta api, taksi, bis, dan angkutan roda tiga bermotor.

Perkembangan selanjutnya

Becak setelah berkembang di Batavia/Jakarta kemudian berkembang ke Surabaya pada tahun 1940, Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943 menyebut becak diperkenalkan dari Makassar ke Batavia akhir 1930-an. Pasca perang, ketika jalur dan moda transportasi kian berkembang, becak tetap bertahan. Bahkan ia menjadi transportasi yang menyebar hampir di seluruh Indonesia. Pada pertengahan hingga akhir 1950-an ada sekira 25.000 hingga 30.000 becak di Jakarta. Jumlah becak membengkak dan pada tahun 1966 jumlah becak ada 160 ribu –jumlah tertinggi dalam sejarah.
Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan aturan mengenai larangan total angkutan yang memakai tenaga manusia, membatasi beroperasinya becak, dan mengadakan razia mendadak di daerah bebas becak. Kebijakan serupa dilanjutkan oleh gubernur-gubernur berikutnya: Suprapto, Wiyogo Atmodarminto, Suprapto, dan Sutiyoso. Becak dianggap biang kemacetan, simbol ketertinggalan kota, dan alat angkut yang tak manusiawi. Di sisi lain, becak juga mulai menghadapi pesaing dengan kehadiran ojek motor, mikrolet, dan metromini. Pada 1980, misalnya, pemerintah mendatangkan 10.000 minica (bajaj, helicak, minicar) untuk menggantikan 150.000 becak. Pemerintah ketika itu memprogramkan para tukang becak beralih profesi menjadi pengemudi kendaraan bermotor itu. Bahkan pemerintah menggaruk becak dan membuangnya ke Teluk Jakarta untuk rumpon, semacam rumah ikan. Karena sulit, Gubernur Suprapto sampai bilang: “becak-becak akan punah secara alamiah.”

Lapangan pekerjaan

Di Indonesia becak merupakan salah satu lapangan kerja yang mudah untuk dimasuki, sehingga kalau tidak dikendalikan jumlah becak akan berkembang dengan luar biasa. Jumlah pengayuh becak biasanya berkurang pada musim panen, ataupun pada saat nelayan turun kelaut, pada musim angin nelayan yang tidak melaut akan menjadi pengayuh becak sebagai alternatif. Mild4black | Mild4black | Mild4black | Mild4black | Mild4black | Mild4black Mild4black | Mild4black | Mild4black | Mild4black

Source : http://id.wikipedia.org/

Sejarah Asal-muasal becak and perkembangannya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Anonymous

1 komentar:

  1. Semuanya sangat terbuka dengan klarifikasi yang jelas tentang tantangan. Itu benar-benar informatif. Situs web Anda sangat membantu. Terima kasih banyak untuk berbagi semuanya sangat terbuka dengan klarifikasi yang jelas tentang tantangan. Itu benar-benar informatif. Situs web Anda sangat membantu. Terima kasih banyak sudah berbagi

    pastjp
    bandar togel terbesar

    ReplyDelete

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam erat volutpat. Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.